Rsabhk.co.id, Jakarta. Badan Kesehatan WHO (World Health Organization) (mencatat penularan virus HIV pada bayi dengan jumlah yang tidak sedikit. WHO mencatat HIV telah menginfeksi sekitar 4 juta anak didunia dan juga menyebabkan kematian hingga 3 juta anak. Merawat anak dengan HIV tentu bukan hal yang mudah dan memiliki tantangan tersendiri.
Seorang anak yang terkena virus HIV (Human Immunodefieciency Virus) membutuhkan perawatan tepat agar dapat hidup sehat. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), sehingga akan membuat anak rentan terkena berbagai penyakit.
Mayoritas hampir 90% biasanya seorang anak terjangkit HIV karena ditularkan oleh ibunya sendiri pada masa kehamilan, melahirkan, atau menyusui.
Penderita HIV pada anak dan dewasa berbeda. Pada orang dewasa, sistem kekebalan tubuhnya sudah lebih matang, sedangkan sistem kekebalan tubuh pada anak masih berkembang. Dengan begitu, meski mengonsumsi obat-obatan HIV, anak penderita HIV lebih mungkin mengalami infeksi bakteri dibandingkan dengan orang dewasa.
dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K), MARS dalam siaran live dengan radio kesehatan, Kamis (2/12/2021) menjelaskan meski sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut sebagai antiretroviral (ARV). Dengan meminum obat ARV secara rutin, perkembangan HIV di tubuh anak bisa di tekan. Sementara, apabila memunda pengobatan justru akan membuat virus semakin berkembang dan menimbulkan gejala infeksi berulang.
Pada anak, gejala infeksi yang berulang ini antara lain pnemonia berulang, diare yang tak kunjung sembuh, berat badan tidak naik serta jamur di mulut. Apabila pengobatan tidak dilakukan, maka ada potensi munculnya gejala oportunistik yang lebih parah, jika sudah berat bisa terjadi infeksi otak hingga kanker.
Infeksi HIV pada anak, sebenarnya bisa dicegah sedari dini yaitu dengan peran aktif ibu melakukan pemeriksaan HIV. Sebab, kebanyakan kasus penularan ini terjadi melalui ibu hamil kepada calon bayi yang akan dilahirkan.
Hanya saja pemeriksaan HIV masih belum menjadi prioritas, salah satunya karena stigma di masyarakat. Jika ada seseorang yang melakukan pemeriksaan HIV dicap melakukan perilaku yang negatif. Hal tersebut akhirnya membuat penanganan HIV di Indonesia tak berjalan dengan lancar.
Dibutuhkan edukasi lebih banyak lagi dan jangan sampai anak terdeteksi HIV ketika sudah parah. Merawat anak dengan HIV membutuhkan kedisiplinan dan konsistensi dari orang tua yang mendampinginya. Jadi pastikan mereka untuk konsumsi obat secara teratur, pastikan untuk melengkapi imunisasi dan menjaga protokol kesehatan selama pandemic untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Narasumber: dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K)., MARS – RSAB Harapan Kita
**
Berita ini disiarkan oleh Kelompok Substansi Hukum, Organisasi dan Humas RSAB Harapan Kita. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Contact Center melalui nomor hotline 021-3973-1255, SMS 0819-0417-4444, faksimili (021) 567-3832, dan alamat email info[at]rsabhk[dot]co[dot]id