Rsabhk.co.id, Jakarta. Pada saat mendengar penyakit kusta biasanya akan langsung terbayang dengan hal-hal yang mengerikan, karena orang beranggapan penyakit kusta bisa sangat mudah menular kepada orang lain dan bahkan sebagian orang biasa menyebut penyakit kusta dengan penyakit kutukan. Banyak informasi yang tidak benar atau mitos yang berkembang tentang penyakit kusta, sehingga hal ini bisa memicu stigma dan diskriminasi pada penderitanya.
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit tertua di dunia, dan sampai saat ini masih kita jumpai di Indonesia. Perlu diketahui bahwa penyakit kusta bukan penyakit kutukan. Penyakit kusta disebabkan oleh infeksi kronis oleh kuman atau bakteri mycobacterium leprae. Kondisi ini terutama memengaruhi kulit, mata, hidung dan saraf perifer.
Menurut penjelasan dr. Nanny Shoraya, Sp.KK, FINSDV dalam siaran live dengan radio kesehatan, Kamis (3/2/2022) “Penyakit kusta tidak mudah ditularkan karena mempunyai masa inkubasi yang cukup panjang, tetapi penyakit ini bisa menular melalui kontak kulit erat dan lama, salah satunya melalui saluran nafas. Penyakit kusta dapat menyerang semua usia, umumnya orang dewasa mempunyai kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh yang baik untuk melawan bakteri bila dibandingkan dengan anak-anak. Jadi anak-anak akan lebih rentan untuk terkena penyakit kusta”.
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kusta, antara lain kontak erat dan lama dengan penderita kusta, tinggal di daerah endemik kusta kondisi yang buruk seperti rumah yang tidak memadai dan tidak memiliki sumber air bersih, menderita cacat genetik pada kekebalan tubuh serta menderita gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Namun, bagi penderita kusta yang telah diobati dengan obat antibiotik tidak akan menularkan yang lain dan dapat beraktivitas seperti biasa dan dapat hidup normal di tengah-tengah teman dan keluarga.
Adapun tanda dan gejala yang sering dijumpai pada penyakit kusta, antara lain terdapat lesi kulit berupa hipopigmentasi (bercak putih), hiperpigmentasi (bercak kecoklatan-kehitaman)
atau bercak kemerahan, mati rasa di area kulit tertentu, kulit terlihat kering, kaku dan tidak berkeringat, muncul luka tapi tidak terasa sakit, otot melemah (terutama otot kaki dan tangan) serta dapat terjadi gangguan penglihatan yang dapat berujung kebutaan. “tutur dr. Nanny”
Terdapat 2 klasifikasi penyakit kusta berdasarkan jenis dan jumlah area kulit yang terkena yaitu pausi basiler (PB) dan multi basiler (MB). Pada pausi basiler terdapat 1 – 5 lesi, dapat meyebabkan rasa kebas/baal dan menyerang satu cabang saraf. Pada multi basiler ditemukan lesi lebih dari 5, rasa kebas/baal nya tidak jelas dan dapat menyerang banyak cabang saraf.
Pengobatan penyakit kusta, umumnya dilakukan dalam kurun waktu enam bulan hingga 1 – 2 tahun tergantung jenis dan keparahannya. Penyakit kusta bisa sembuh total, asalkan selalu mengingat dua kunci utama dalam pengobatan penyakit ini, yaitu tidak terlambat memeriksakan diri ke dokter dan disiplin saat menjalani pengobatan. Selain harus minum obat secara teratur, orang dengan penyakit kusta juga harus memperhatikan asupan nutrisinya. Hal ini dilakukan untuk membantu mempercepat penyembuhan kusta. Selain itu, penanganan dini akan menghindarkan dari kecacatan.
Narasumber: dr. Nanny Shoraya, Sp.KK, FINSDV – RSAB Harapan Kita
**
Berita ini disiarkan oleh Kelompok Substansi Hukum, Organisasi dan Humas RSAB Harapan Kita. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Contact Center melalui nomor hotline 021-3973-1255, SMS 0819-0417-4444, faksimili (021) 567-3832, dan alamat email info[at]rsabhk[dot]co[dot]id