preloader
Perlukah Teknologi Reproduksi untuk Program Hamil?

Perlukah Teknologi Reproduksi untuk Program Hamil?

Rsabhk.co.id, Jakarta. Memiliki momongan atau keturunan merupakan harapan setiap pasangan yang telah menikah. Namun tentunya setiap orang berbeda-beda dan tidak semua pasangan dapat dengan mudah untuk memiliki keturunan, maka dari itu ada berbagai cara yang bisa dilakukan pasangan suami istri untuk memiliki keturunan yaitu salah satunya dengan teknologi reproduski.

Teknologi Reproduski Berbantu (TRB) adalah sebuah teknologi yang dimiliki oleh dunia kesehatan untuk membantu pasangan-pasangan yang telah menikah lebih dari 1 tahun namun belum berhasil mendapatkan kehamilan. Teknologi reproduksi berbantu tertinggi yang dimiliki oleh dunia disebut in vitro fertilization (bayi tabung/IVF) yaitu prosedur medis dengan pengambilan sperma dan sel telur untuk dipertemukan di luar organ perempuan (laboratorium/di dalam tabung) agar terjadi pembuahan. Sesuai aturan yang berlaku di Indonesia, proses bayi tabung hanya dapat dilakukan pada pasangan suami istri yang sah.

Proses teknologi reproduksi bayi tabung bisa di lakukan pada pasangan dengan indikasi dan syarat yaitu pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun dan belum mendapatkan kehamilan, pasangan yang pada saat premarital skrinning pemeriksaan sebelum menikah ada riwayat gangguan reproduksi (kista, miom, nyeri haid), adanya kelainan kesuburan yang berat, pasangan HIV untuk meminimalisir penularan.

dr. Gde Suardana, Sp.OG, dalam siaran live dengan radio kesehatan, Kamis (23/09/2021) menjelaskan penyebab infertilitas pada pasangan yang telah menikah sangat beragam, bahkan terkadang tidak ada penyebabnya. Organ reproduksi wanita sangat rumit dibandingkan dengan pria, maka apabila digolongkan sebagai infertilatas hampir 46 sampai dengan 50 persen disebabkan oleh faktor istri, 20 persen disebabkan oleh faktor suami dan sisanya 30 persen disebabkan oleh faktor bersama (gangguan kesuburan).

Infertilitas adalah gangguan sistem reproduksi yang menyebabkan kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih dengan berhubungan intim secara teratur (2-3 kali seminggu) tanpa menggunakan kontrasepsi.

Ada dua jenis infertilitas yaitu infertilitas primer adalah infertilitas dalam pasangan yang belum pernah hamil sama sekali. Sedangkan infertilitas sekunder adalah kegagalan untuk hamil setelah kehamilan sebelumnya. Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik (suami dan istri) yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Infertilitas dapat disebabkan oleh infeksi pada pria atau wanita, tetapi seringkali tidak ditemukan adanya penyebab mendasar yang jelas.

Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria atau wanita maupun pasangan. Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian antigen/antibodi pasangan tersebut.

Pada beberapa pasangan tertentu setelah dilakukan pemeriksaan hormonal, tidak selalu memerlukan teknologi reproduksi bayi tabung. Cara alami pertama yang bisa dilakukan yaitu rutin melakukan hubungan suami istri tanpa alat kontrasepsi, penurunan obesitas, menghilangkan kebiasan merokok dan lain sebagainya yang mempengaruhi faktor-faktor penurunan kesuburan. Setelah perubahan pola hidup dan masih belum berhasil, cara kedua bisa dilakukan dengan stimulasi ovulasi atau memberi obat penyubur (suplemen atau terapi). Selanjutnya cara yang ketiga yaitu dengan inseminasi adalah sebuah teknik medis dalam membantu proses reproduksi dengan memasukkan sperma ke dalam rahim dengan cara yang disebut kateter.  

Namun Bayi tabung memiliki angka keberhasilan tertinggi yakni mencapai hingga 40 persen per siklus. Keberhasilan bayi tabung sangat dipengaruhi usia wanita, semakin muda usianya semakin besar kemungkinan berhasil. Skala keberhasilan program bayi tabung mencapai angka tertinggi jika calon ibu berusia di bawah 35 tahun. Sehingga, semakin dini pasangan suami istri dengan infertilitas (gangguan kesuburan) melakukan pemeriksaan dan melakukan program reproduksi berbantu, maka akan semakin besar juga peluang keberhasilan untuk mendapatkan kehamilan.

Narasumber: dr. Gde Suardana, Sp.OG – RSAB Harapan Kita

**

Berita ini disiarkan oleh Kelompok Substansi Hukum, Organisasi dan Humas RSAB Harapan Kita. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Contact Center melalui nomor hotline 021-3973-1255, SMS 0819-0417-4444, faksimili (021) 567-3832, dan alamat email info[at]rsabhk[dot]co[dot]id

Terwujudnya pelayanan kesehatan Ibu dan Anak yang aman dan berkualitas dengan pelayanan unggulan Birth Defect Integrated Center (BIDIC), Perinatal Terpadu dan Rujukan, dan Teknologi Reproduksi Berbantu melalui kerjasama tim, jejaring, dan sistem rujukan serta terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang terintegrasi dengan aktivitas pelayanan