preloader
Mengatasi Mengompol pada Anak

Mengatasi Mengompol pada Anak

Mengompol secara medis disebut Enuresis Nocturnal atau Enuresis Monosymtomatic yaitu suatu proses keluarnya urine tanpa disadari pada anak usia lebih dari lima tahun dan biasanya pada malam hari. Kelainan ini biasanya tidak disebabkan oleh kelainan yang didapat ataupun kelainan bawaan dari sistem susunan saraf pusat. Mengompol pada anak bisa juga terjadi pada siang dan malam hari, hal ini disebut adalah enuresis non monosimptomatik.

Mengompol dapat dibedakan antara yang prime yaitu dimana anak sama sekali tidak pernah/bebas mengompol sejak usia lima tahun dan sekunder yaitu dimana dia timbul lagi mengompol setelah lima bulan tidak mengompol setelah anak usia lebih dari lima tahun.

Kemampuan anak untuk mengontrol proses berkemih sebetulnya merupakan suatu proses yang kompleks. Janin didalam kandungan sudah berkemih cukup sering biasanya sekitar 25-30 kali dalam satu hari, dengan bertambahnya usia anak-anak mulai mengurangi frekuensi berkemih tetapi dengan jumlah volume urine yang meningkat, kemudian dengan bertambahnya usia anak-anak mulai merasakan sensasi didalam kandung kemihnya untuk berkemih, ini disebabkan karena adanya penurunan tekanan di dalam kandung kemih. Biasanya pada usia 18-24 bulan, anak sudah dapat mengatur keinginan berkemih atau menahan berkemih.

Ayah/bunda bisa melakukakan toilet training sekitar usia 18-24 bulan, biasanya kita mulai dengan mengganti popok sekali pakai. Popok sekali pakai atau diapers yang ada dipasaran saat ini biasanya mempunyai kemampuan absorpsi air yang banyak sehingga menjadikan keadaan selalu kering dan anak tidak pernah merasa basah. Kita bisa ganti popok sekali pakai ini dengan celana, dengan memakai celana ini tentunya anak akan merasa basah dan tidak nyaman. Dengan terasa tidak nyaman ini, anak dapat memulai keinginan untuk ke kamar mandi/toilet untuk mengganti celananya. Pada saat toilet training ini, anak tentunya harus merasa nyaman/tidak takut.

Seperti kita ketahui bahwa mengompol merupakan hal yang normal jika dibawah usia lima tahun, namun apabila sudah lebih dari usia lima tahun, perlu kita khawatirkan dan agar segera berkonsultasi ke dokter untuk menanyakan penyabab anak mengompol. Ada beberapa faktor resiko salah satunya adalah berkurangnya hormon vasopressin pada anak tersebut. Hormon vasopressin adalah hormon yang dihasilkan tubuh kita dimana fungsinya adalah meningkatkan penyerapan air di ginjal sehingga produksi urine lebih sedikit. Pada anak-anak yang mengompol ditemukan kadar hormon vasopressin nya lebih rendah.  

Prinsipnya mengatasi masalah mengompol pada anak adalah kita melihat dan menunggu kira-kira apakah anak ini bisa berhenti mengompolnya sendiri atau tidak, tentunya dengan melihat dan menunggu ini kita bisa membantu dengan salah satunya adalah menganjurkan pola makan yang sesuai yaitu dengan menambah serat, menambah sayur-sayuran kemudian mengkonsumsi cairan air putih yang cukup banyak, sehingga anak dapat mudah buang air besar. Hal ini juga dapat memudahkan penanganan masalah mengompol nantinya.

Jika belum ada perbaikan, kita dapat memberikan terapi alarm yaitu celana yang dipasangi alarm khusus, dimana dia akan berbunyi alarmnya jika basah. Kita bisa memakaikan celana alarm ini sebelum tidur, nanti bunyi alarm yang keras ini akan membangunkan anak yang tidur. Dengan mendengar bunyi alarm yang terus-menerus, anak akan terbiasa untuk bangun sebelum celana itu basah dan itu akan menjadi rutinitas yang terus-menerus kemudian dia akan berdiri dan akan ke kamar mandi untuk buang air kecil. Tentunya hal ini tidak bisa terjadi dalam waktu yang singkat, biasanya terapi alarm ini sekitar dua atau tiga bulan.

Apabila terapi alarm ini tidak berhasil, baru kita beri obat yang berfungsi mengurangi produksi urine itu sendiri sehingga anak bisa tertidur nyenyak di malam hari. Orang tua harus mendukung untuk keberhasilan terapi ini dan memberi motivasi pada anak jika anak sudah kering dan memberi catatan khusus dengan memberi sticker, misalkan sticker bintang jika dia tidak mengompol pada hari-hari tertentu dan jangan lupa biasakan mengurangi jumlah minum sebelum anak tidur malam. Terkadang anak yang masih menyusu/minum dengan menggunakan dot, anak minum beberapa botol sehingga menyebabkan anak mengompol dan kurangi juga jumlah minum yang dikonsumsi sebelum anak tidur.

Narasumber: dr. Ina Zarlina, SpA (K)

**

Berita ini disiarkan oleh Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas, RSAB Harapan Kita. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Contact center melalui nomor hotline 021-3973-1255, SMS 0819-0417-4444, faksimili (021) 567-3832, dan alamat email info[at]rsabhk[dot]co[dot]id

Terwujudnya pelayanan kesehatan Ibu dan Anak yang aman dan berkualitas dengan pelayanan unggulan Birth Defect Integrated Center (BIDIC), Perinatal Terpadu dan Rujukan, dan Teknologi Reproduksi Berbantu melalui kerjasama tim, jejaring, dan sistem rujukan serta terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang terintegrasi dengan aktivitas pelayanan