Rabu 20 November 2019 pukul 08.00 – 10.00 WIB telah berlangsung siaran dengan Radio Kesehatan di Kementerian Kesehatan Repubik Indonesia. Bertepatan dengan hari Penyakit Paru – Paru Kronis Sedunia yang jatuh pada tanggal 19 November 2019, siaran kali ini membahas mengenai mengenai Pneumonia pada Anak, dengan dr. Dimas Dwi Saputro, SpA sebagai narasumber.
Pneumonia adalah infeksi pada organ paru. Penyebabnya dapat disebabkan oleh banyak hal seperti jamur, bakteri, dan virus. Dimas mengatakan bahwa gejala pneumonia diawali dengan infeksi saluran pernafasan yang disertai dengan batuk dan demam. Penyakit infeksi paru-paru ini, jika tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan gangguan serius pada anak, bahkan berakibat fatal.
“WHO memberikan rekomendasi untuk mendiagnosis seseorang terkena pneumonia, parameter yang digunakan seperti tarikan nafas cepat dan tarikan dinding dada. Jika ada infeksi saluran pernafasan dengan ditandai adanya peningkatan tarikan nafas cepat dan tarikan dinding dada ke dalam (retraksi) itu sudah bisa dikatakan anak terkena pneumonia.” Ujar Dimas.
Pada Tahun 2011 WHO mengklasifikasikan pneumonia menjadi 3 tingkatan, yang pertama pneumonia ringan, gejalanya disertai dengan tarikan nafas cepat, pneumonia berat ditandai dengan penarikan dinding dada dan pneumonia sangat berat adanya penarikan dinding dada disertai dengan tanda – tanda bahaya, seperti ; tidak mau makan, penurunan kesadaran, kejang, kebiruan. Cara melihat nafas cepat yang perlu kita ketahui antara lain ; anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit, anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit, anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit dan anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit.
Cara penularan dari penyakit pneumonia ini adalah dengan melalui udara, percik renik (ludah) dan over crowding. Kapan sebaiknya pasien dibawa ke dokter ? Dimas menjelaskan “Seorang anak harus segera dibawa ke rumah sakit apabila didapatkan gejala seperti, batuk pilek sehingga gak mau makan, dehidrasi, buang air kecil sedikit, banyak tidur, kejang, kebiruan, tarikan dinding dalamnya susah sekali, mengorok dan sampai menimbulkan suara mengi, hal itu disebut dengan danger sign.”
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis pneumonia adalah pulse oximetry, yaitu proses pengukuran kadar oksigen dalam darah, tes darah (darah perifer lengkap dan hitung jenis), analisis gas darah dan foto rontgen (hanya untuk melihat ada komplikasi atau tidak ). Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan bagi penderita pneumonia adalah dengan melakukan terapi antibiotik, seperti penderita pneumonia ringan yaitu dengan memberikan injeksi berupa penisilin/amoxicillin, pneumonia berat dengan memberikan injeksi berupa ampisilin, terapi kedua yang bisa dilakukan adalah dengan terapi oksigen (beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat) dan yang terakhir adalah dengan terapi suportif, yaitu dengan memberikan nutrisari yang cukup.
Penularan pneumonia dapat sangat mudah sekali, karena dapat tertular melalui udara. Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain ; anak diberikan kekebalan tubuh dengan memberikan vaksin HIB, pneumokokus (PCV) , vaksin campak, pemberian nutrisi yang baik ,memberikan asi , lingkungan yang bersih dan hindari asap yang dapat dihirup oleh anak – anak (asap masakan, asap rokok dan lain – lain).
Pneumonia ada di peringkat ke-2 setelah diare yg membunuh anak indonesia. Jangan biarkan pneumonia pada anak menyebabkan kondisi yang lebih serius. Jaga kebersihan serta penuhi kebutuhan nutrisi anak, dan jangan lupa untuk memberikan imunisasi sesuai jadwal.
Salam Sehat..