Jakarta – Selasa (19/9/2017), dr. Eva Jeumpa Soelaeman, SpA(K), melakukan Endoskopi Kapsul terhadap pasien bernama F (16 tahun) di RSAB Harapan Kita. Kapsul Endoskopi adalah alat diagnostik yang terdiri atas kamera nirkabel yang berada di dalam kapsul. Ini adalah alat yang tidak menimbulkan rasa sakit dan non-invasif yang memberikan gambar usus kecil. Kapsul ditelan dan kapsul ini akan mengalir sepanjang esophagus (kerongkongan), perut hingga ke usus kecil. Kapsul ini mengambil puluhan ribu gambar yang dapat direkam pada harddisk yang dipakai sebagai ikat pinggang oleh pasien. Kapsul dikeluarkan melalui pembuangan tinja. Gambar kemudian diperiksa oleh dokter untuk menentukan gangguan atau kelainan pada usus kecil.
Kapsul Endoskopi dapat digunakan untuk mendiagnosis penyebab dan lokasi pendarahan dalam usus kecil. Ini juga digunakan untuk mendiagnosis tumor dan penyakit peradangan usus kecil. Selain itu, kapsul Endoskopi membantu dokter menentukan gejala pasien, seperti sakit perut yang sering dialami dan bertahan lama, serta diare.
Dahulu, organ pencernaan layaknya sebuah misteri yang sulit untuk dijamah. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi kedokteran, dokter mampu melihat ada atau tidaknya kelainan di hampir semua bagian dalam saluran cerna. Saluran cerna bagian atas dan bawah dapat diperiksa dengan gastroskopi dan kolonoskopi. Cara endoskopi yang selama ini dilakukan adalah dengan memasukkan selang yang dilengkapi kamera melalui mulut untuk melihat kondisi saluran pencernaan. Tapi kini endoskopi bisa dilakukan dengan cara menelan kapsul yang berisi kamera.
“Endoskopi kapsul membantu mendiagnosis kelainan yang tidak bisa dicapai dengan cara endoskopi konvensional yaitu untuk melihat kelainan di usus halus. Pada dewasa sudah sering dilakukan tapi pada anak masih jarang. Kapsulnya sedikit lebih besar dari kapsul obat sehingga hanya anak besar yg bisa menelannya sedangkan untuk anak kecil dinamtu dengan alat endoskopi. Yang mahal adalah kapsulnya karena didalam kapsul tersebut terdapat kamera perekam yang merekam sebanyak 2 kali perdetik selama lebih dari 10 jam, yaitu sekitar 16 juta”, kata dr. Eva Jeumpa Soelaeman, SpA(K), Dokter Anak Sub Spesialis Gastro-Hepatologi di RSAB Harapan Kita.
Sayangnya, teknologi yang tinggi saat ini belum bisa dibayarkan oleh BPJS. Dengan adanya teknolgi diagnosis ini bisa untuk membantu dokter melihat kelainan-kelainan di dalam usus halus yang tidak bisa dilihat sebelumnya. Semoga bermanfaat buat pasien-pasien yang membutuhkan.