Telah berlangsung siaran dengan Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang membahas mengenai infertilitas dalam hal pemilihan gender bayi. Berlangsung selama 1 jam dari pukul 09.00 – 10.00 WIB dengan narasumber dr. Hadi Sjarbaini, SpOG.
“Infertilitas adalah Kondisi pasutri yang sudah menikah lebih dari 1 tahun dan kegiatan seksualnya aktif/teratur tanpa menggunakan kontrasepsi tetapi belum juga mempunyai anak. Masalah infertilitas bukan hanya masalah sang istri atau suami saja, masing – masing menyumbang terjadinya infertilitas.” Ujar Hadi. “Faktor sperma merupakan penyebab infertilitas yang disumbangkan oleh pihak suami, ada 3 hal yang dapat dinilai seperti jumlah spermanya, motilitas/gerakannya dan bentuknya. Sedangkan dari pihak istri, disebabkan oleh saluran telurnya yang tersumbat dan rahim yang tidak sehat (ada tumor, endometriosis dll).” Hadi menambahkan.
Hadi menjelaskan selain penyebab di atas, faktor gaya hidup dan kesehatan juga dapat berkontribusi terhadap kondisi kesuburan pria seperti ; merokok, mengkonsumi alkohol dan penggunaan obat – obat terlarang. Sedangkan bagi wanita, menunda kehamilan merupakan salah satu pencetus yang bisa mempengaruhi kesuburan, karena secara statistik usia diatas 35 tahun masa kesuburannya turun sehingga bisa menyebabkan infertilitas. Bagi pasutri yang bermasalah dengan reproduksi berbantu, ada solusi yang bisa diberikan dari segi medis seperti ; diatur waktu senggamanya, inseminasi dan terakhir bayi tabung. Masing – masing mempunyai angka keberhasilan, untuk Inseminansi 10 s.d 15 % sedangkan bayi tabung keberhasilannya sampai 30 %. Keberhasilan bayi tabung memang lebih tinggi dibandingkan dengan inseminasi, itu dikarenakan pada program bayi tabung sudah memiliki janin sedangkan pada inseminasi , yang dimasukkan adalah sperma. Bayi tabung itu prinsipnya merupakan pembuahan yang dilakukan di luar tubuh manusia.
Selain membahas infertilitas, Hadi juga menjelaskan mengenai pemilihan gender pada bayi, dimana secara teoritis dapat dilakukan. Adapun tahap yang bisa dilakukan dalam pemilihan gender antara lain ; 1) Pemilihan sperma dan 2) Pada saat sudah jadi embrio. Tahun 2014 Peraturan Permenkes membolehkan pasutri yang melakukan program bayi tabung memilih gender, dengan catatan ada indikasi dan tahap yang diperbolehkan adalah dengan pemilihan sperma. Secara regulasi tahap embrio tidak diperbolehkan.
Ada beberapa mitos yang beredar di masyarakat mengenai pemilihan jenis kelamin, seperti waktu & posisi berrhubungan, makan daging, makan yang manis – manis dan masih banyak lagi. Perlu diketahui hal tersebut tidak menentukan jenis kelamin. “Yang menentukan jenis kelamin secara teoritis adalah sperma x dan sperma y. Sperma X bertemu dengan sperma X akan menghasilkan bayi perempuan. Sperma X bertemu dengan sprema Y akan menghasilkan bayi laki – laki. Sperma x menyukai keasaman ,jadi bisa dimanupulasi dengan membasuh alat kemaluan dengan perasaan air jeruk nipis sebelum berhubungan sehingga Ph bisa dibawa 7. Sperma y lebih suka dengan sesuatu yang basa ,biasanya dokter akan meresepkan cairan khusus untuk pasien atau bisa dengan membasuh alat kemaluan dengan air soda kue agar Ph nya di atas 7.” Jelas Hadi.
Di akhir edukasi dr. Hadi mengatakan bahwa teknologi reproduksi berbantu sudah ada di Indonesia dan mengajak pasutri untuk tidak jauh – jauh berobat ke luar negeri, karena rumah sakit – rumah sakit yang ada di Indonesia dengan dokter – dokter yang berkompeten ditunjang dengan alat – alat yang lengkap bisa menangani kasus bayi tabung. Jadi bagi calon ayah dan bunda, jangan jauh – jauh ke luar negeri yah, di Indonesia pun sudah banyak yang berhasil koq.
Salam sehat..
{slider title=”Segmen I” class=”green icon” open=”true”}
Infertilitas : Kondisi pasutri yang sudah menikah lebih dari setahun dan kegiatan seksualnya aktif/teratur tanpa menggunakan kontrasepsi tetapi belum juga mempunyai anak. Suami dan istri masing2 menyumbang terjadinya infertilitas. Penyebab infertilitas dari suami dan istri : Faktor sperma dari suami ; jumlah, motilitas/gerakannya dan bentuknya. Faktor dari istri ; Ketidakmampuan istri membuahi telur, saluran telurnya tersumbat, rahim harus dalam kondisi sehat. Gangguan menstruasi secara tidak langsung tidak ada masa subur, sehingga menyebabkan susah memiliki bayi (infertilitas). Pencetus dari infertilitas seperti, Pria ; rokok, alkohol, sauna sangat mempengaruhi infertilitas. Wanita ; menunda pernikahan, (secara statistik usia diatas 35 tahun masa kesuburannya turun sehingga mengakibatkan infertiltias).
{slider title=”Segmen II” class=”green icon”}
Solusi yang bisa dilakukan bagi pasutri yang susah mendapatkan bayi, seperti ; diatur waktu senggama, inseminasi, bayi tabung. Masing2 mempunyai angka keberhasilan seperti ; Inseminansi 10 s.d 15 % (yang dimasukkan adalah sperma masih harus banyak usaha yang dilakukan), bayi tabung : 30 % ( sdh mempunyai bakal janin ). Bayi tabung itu prinsipnya merupakan pembuahan dilakukan di luar tubuh manusia. Pasutri harus di screening sebelum melakukan proses bayi tabung. Setelah di screening dan layak, kemudian dilakukan dlm 1 siklus menstruasi setelah itu pemberian obat2an selama 10 hari, dan pengembangan embrio 3 hari. Kurang lebih 3 minggu kalau ditotal. Batas maksimal si istri masih produktif dalam pembuahan ( 35 – 36 tahun masa susah bagi wanita dalam melakukan pembuahan), masa menopose berkisar diatas 40 thn. Kemajuan teknologi PGS merupakan salah satu cara untuk menghindari penyakit keturunan pada bayi tabung. Pemilihan gender secara teoritis ada 2 tahap : 1) pemilihan sperma, 2) Pada saat sudah jadi embrio (tahun 2014 peraturan permenkes membolehkan memilih gender tapi dengan indikasi dengan cara pemilihan sperma, secara regulasi tahap embrio tidak diperbolehkan). X + X = bayi wanita, X + Y = bayi laki – laki.
{slider title=”Segmen III” class=”green icon” }
Mitos :
Wkt berrhubungan dan posisi tidak menentukan jenis kelamin.
Makan daging dan makan manis tidak menentukan jenis kelamin.
Fakta :
Yang menentukan adalah sperma x dan sperma y. Sperma x menyukai keasaman dibawah 7 (Ph), bisa dimanupulasi dengan menyencebok vagina dengan perasaan air jeruk nipis sebelum berhubungan. Kalau sperma y lebih suka dengan sesuatu yang basah ,biasanya dokter akan memresepkan cairan khusus untuk pasien atau bisa dengan mencebok dengan soda kue agar Ph nya di atas 7. Inseminasi bisa memilih gender. Di akhir edukasi dr. Hadi mengatakan bahwa teknologi reproduksi berbantu sudah ada di Indonesia dan mengajak pasutri yang ada di Indonesia untuk tidak jauh – jauh berobat ke luar negeri, karena rumah sakit – rumah sakit yang ada di Indonesia dengan dokter – dokter yang berkompeten dan berpengalaman bisa menangani kasus bayi tabung dan banyak yang sudah berhasil.
Masalah infertilitas bukan hanya masalah sang istri atau suami saja.
{/sliders}