Telah berlangsung siaran radio berisi edukasi tentang “Mengenal GERD Lebih Dekat”, Selasa 15 Oktober 2019 di Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan DR.dr. Ariani Dewi Widodo, SpA (K) sebagai narasumber. Siaran ini berlangsung kurang lebih 1 jam, dari pukul 12.00 – 13.00 WIB.
Bayi sering muntah merupakan satu hal biasa yang sering kita temui, terutama setelah menyusu. Sebagian besar tidak perlu dikhawatirkan. Namun jika bayi muntah yang diiringi dengan rewel, sesak napas, sering muntah sehingga pertumbuhannya terganggu, atau membuat berat badannya tidak bertambah, ada kemungkinan si kecil mengalami gangguan asam lambung. Jika bayi sering muntah terutama setiap kali habis makan, hal ini perlu diperiksakan. Bayi kemungkinan mengalami penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). “GERD adalah naiknya asam lambung ke esofagus, esofagus itu sendiri adalah saluran yang menghubungkan rongga mulut ke lambung”. Ujar Ariani. “Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dan Gastroesophageal Reflux (GER) itu berbeda. Gejala GER pada anak antara lain ; gumoh sampai pada usia di atas 1 tahun, batuk – batuk , wheezing (nafas berbunyi), muntah terus menerus setelah makan, diberi makan menolak dan menangis karena merasakan nyeri dan gagal tumbuh (berat badan susah naik). Apabila tidak ditangani dengan baik dari awal akan mengakibatkan trauma dan gagal tumbuh.
{gallery}siaran_kesehatan/mengenal_GERD{/gallery}
GERD masih terbilang normal asalkan bayi tidak menolak minum susu dan berat badannya tetap naik. Sedangkan GERD biasanya ditemui oleh orang dewasa, tapi tidak sedikit juga bayi yang mengalami hal tersebut. Penyebab GERD pada anak antara lain ; asap rokok yang dihisap dari orang tuanya (second hand smoke), makanan – makanan tertentu, seperti tomat dan makanan yang bersifat asam. Gejala GERD pada anak seperti ; muntah berwarna coklat, menolak makan dan muntah secara terus menerus”. Ariani menambahkan.
Ada beberapa rangkaian pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan kondisi GERD, antara lain pH-Metri (dimasukkan alat ke dalam esofagus selama 24 jam), Endoscopy (alat berbentuk seperti selang lentur yang dilengkapi dengan kamera pada bagian ujungnya, yang dapat disambungkan ke monitor untuk memproyeksikan gambar yang ditangkap). Foto rontgen atau X-ray. Foto x-ray akan diambil setelah mengonsumsi air berkapur yang melapisi saluran pencernaan. Lapisan ini akan memudahkan dokter untuk melihat siluet dari kerongkongan, lambung, dan usus bagian atas.
Pengobatan GERD pada anak dapat dibagi menjadi 2, yaitu dengan non obat dan obat. Pengobatan dengan non obat dapat dilakukan dengan mematuhi instruksi dari dokter (mengubah pola hidup), seperti pada saat memberikan minum/makan pada anak diusahakan pada posisi tegak, posisi tidur kepala anak lebih tinggi 30 derajat, membatasi waktu konsumsi makan dan minum sebelum tidur malam, seperti tidak snacking 2-3 jam sebelum tidur , jangan banyak makan gorengan atau yang berminyak dan membuat susu lebih kental. Untuk pengobatan dengan menggunakan Obat biasanya diberikan obat – obatan yang sifatnya membantu pengosongan lambung. Apabila dengan semua pengobatan itu tidak berhasil, maka hal terakhir yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan operasi yang disebut fundoplikasi.
Ayah dan bunda Jangan tunda untuk memeriksakan kesehatan anak ke dokter jika sudah ditemui gejala – gejala GERD di atas, agar bisa mendapatkan penangangan yang baik dan tepat.
Salam sehat..